Anak-anak memang seperti itu, apalagi masih bayi-balita, mereka jahil nggak akan kena dosa. Nah kita ini loh yang jadi orang tua kalo nggak sabaran terus mukul atau nyakiti yang akan dapat dosanya.

Ummi mengangguk saat abah bilang begitu. Ya iya benar kan! Anak-anak nalurinya memang begitu, maunya main, kalau lapar makan, kecapean tidur. Sesimpel itu, tapi kebuhan anak kadang nggak sejalan sama keadaan orang tua.

Ummi pengennya anak-anak tenang saat ummi asyik masak atau beberes di dapur. Kenyataannya, pada teriak pengen dobrak pintu hingga akhirnya dibiarkan ngobok air hingga ngadon pasir dan tanah liat di halaman.





Ummi pengennya selesai makan dan sholat dzuhur anak-anak ngantuk dan bobo ganteng supaya ummi bisa nonton film yang udah di siapkan abah di laptop sambil ngopi dan makan mie rebus pedas. Kenyataannya ampe sore pada nggak tidur, malah tidur setelah magrib dan kebangun jam 9. Walhasil begadang karena jam 9 maunya main ampe tengah malam
.
Tuh kan, emosi nggak sih. Manusiawi sih kalo ubun-ubun jadi panas. Apalagi kalau saat air yang sudah ditampung semalaman karena pam ngadat, dicemplungi celana bekas pup nya si dia. Izinkan saya ketawa whahaaaa…

Begitulah anak-anak. Ini mungkin hanya sebagian kecil aneka rupa yang saya alami bersama duo arkhan. Benar bahwa yang harusnya Ummi lakukan adalah terus bersabar akan titipan Allah yang dulunya begitu dinantikan.

Menyikapi Perbedaan Karakter Anak

Selain aneka tingkah mereka yang menggemaskan. Ternyata walaupun kakak-adik, Ubay-Ghazy punya karakter yang beda benget. Awalnya saya selalu berusaha memperlakukan mereka dengan cara yang sama, makin kesini Ghazy terlihat beda dari abangnya saat kecil dulu.

Ubay, tipe anak yang sistematis, suka bersih dan rapi. Baju atau celana kena kotoran atau basah sedikit minta diganti. Ubay suka membaca dan bermain dengan mainannya. Sosialisasinya cukup baik walaupun dia suka bête kalau ada teman yang nakal. Cenderung mengalah dan menyimpan kesalnya sendiri. Untuk makan Ubay cenderung pemilih, hampir sama seperti Umminya.

Beda dengan Ghazy, walau masih berusia 1,5 tahun saya mulai menangkap bahwa ia tipe anak yang sangat ekspresif. Tetap suka buku seperti abangnya, tapi tidak bertahan lama. Ia akan memberontak ingin main ke luar dengan tanah atau air. Dia benar-benar menunjukkan keinginannya terhadap sesuatu, marah dengan benar-benar marah. Tapi kalau sedang bahagia, maka senyumnya akan buat meleleh. Apalagi ditambah suka bergoyang membuat yang melihat akan tertawa. Karakter yang lebih mirip abahnya dalam hal ekspresif dan lebih mudah bersosialisasi. Untuk makan, Ghazy tidak pemilih, semua di makan.

Perbedaan yang cukup kontras membuat saya harus belajar bagaimana mendidik mereka dengan cara yang berbeda. Ubay tidak suka dengan nada bicara keras, sebaliknya Ghazy sering butuh ketegasan dalam nada bicara untuk melarang sesuatu yang membahayakannya.

Saya pun punya PR bagaimana Ubay lebih pede untuk mengungkapkan keinginannya, percaya diri dengan kemampuannya agar kelak ia besar dengan mental yang kuat. Ghazy pun begitu, saya punya PR untuk menstabilkan emosinya agar tidak mudah meledak-ledak, mengajarkan bahwa tidak semua yang ia inginkan harus terpenuhi. PR yang terlihat sepele, tapi praktiknya menguras tenaga dan emosi. Wkwk

Ah, doain ya saya bisa jadi Ummi yang kuat dan sabar. Ummi akan sangat menyesal jika tidak berhasil mendidik kalian menjadi generasi yang tangguh dalam iman dan islam. Apa yang harus ummi katakan di hadapan Allah kelak?

Ya Allah, penuhilah hati anak-anak kami dengan cahaya dan hikmah dan jadiakn mereka hamba-hambaMu yang pantas menerima nikmat, dan perbaikilah diri mereka dan perbaiki pula umat ini melalui mereka

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *