CUBOLAH RUBAH
Arok dek manih raso tangguli
Arok minantu bagala Sidi
Dapek rang gaek banyak bininyo
Sabana jauah kito bajalan
Jalan kaki balomban-lomban
Arok minantu bagala Sutan
Kironyo dapek gaek bauban
Urang kini cubolah rubah

Usah namuah cando tu lai

Sutan bagindo ndak kamanyaga
Kok indak ado pitih di pinggang
(Lirik diambil disini )

hihii… ada yang tahu arti lagu diatas.. itu adalah salah satu lagu Padang… yang intinya… Banyak orang Padang mengharapkan menanti bergelar Sidi, Bagindo dan Sutan,, tapi yang didapatkan malah orang tua banyak istri, atau orang tua dah beruban dan menantu gx ada duitnya hehee..^^ jadi cobalah berubah.. jangan terlalu mengagung-agungkan gelar^^ karena belum tentu orang yang punya gelar itu hebat 😀

Ada yang tahu apa sih maksud gelar Sidi, Bagindo dan Sutan itu??? Perolehan gelar itu didapat dari keterunan atau suku. Secara umum, awal gelar ini karena suatu penghormatan misalnya Sutan..

Di rantau pesisir seperti di wilayah Pariaman gelar Sutan, Bagindo dan Sidi merupakan gelar sebagai identitas turunan ayah. Sutan menandakan asal usul ayahnya dari Luhak nan tigo. Bagindo menandakan ayahnya berasal dari tanah Pagaruyung. Sedangkan Sidi menandakan asal usulnya dari prajurit Aceh yang dinamakan Sahid. (dari berbagai sumber)

nah kebetulan nihh ayah chika Punya Gelar Bagindo wkekee… Proses mendapatkan gelar Bagindo ini karena Kakek chika Bagindo juga. Karena ayah menikahi Ibu (yang juga urang Padang) jadi turunlah gelar bagindonya. Tapi kalo ayah gx menikahi orang padang. Maka ayah tak akan mendapatkan gelar bagindo … 😀 begitu seterusnya.. Jika adik cowok chika menikahi orang padang… maka dia akan mendapatkan gelar bagindo.,,, tapi kalo gx,,, putuslah gelar bagindo sampe ke ayah 😀

Lalu bagaimana dengan perempuannya??? Yupp perempuan juga punya nama suku 😀 Nama suku ini diturunkan dari Ibu (matriarkal).Misalnya nih.. Ibu chika , suku Tanjung… Maka semua anaknya (baik lelaki atau perempuan) akan bergelar tanjung. ^^

Nah begitulah…
Trus kenapa chika tiba-tiba membahas Sutan bagindo bukan Rajo :p
hehee maksudnya disini Sutan Bagindo itu bukan Raja ^^
hanya sebatas gelar… Namun, sebagaian orang padang termasuk keluarga chika (padang pariaman) punya tradisi-tradisi yang sebenarnya chika gx setujui 🙁

Membeli Lelaki
gubrak deh!! lelaki kok dibeli… sstt diem-diem aja^^
Di Padang Pariaman, seorang pria dilamar keluarga si gadis dengan sejumlah uang atau barang berharga. Semakin tinggi reputasinya (sarjana atau keturunan bangsawan, atau juga semakain tinggi gelarnya), semakin tingggi pula “harga” nya…. beeee ngikkkkk :p setelah menikah… sang suami akan tinggal di rumah mertuanya untuk beberapa waktu 😀
Nahh.. termasuk ayah chika wkekee.. Ibulah yang melamar ayah hahaa… makanya sekarang Ibu dan Ayah wanti-wanti agar chika gx mendapatkan calon suami “Padang Pariaman”

Nah.. seiring berjalannya waktu, tradisi ini hanya dilaksanakan oleh sebagian orang, yang sangat memegang tradisi, begitupun dengan keluarga chika.. sekarang dah gx lagi 😀

Sutan Bagindo meraso Rajo
untunglah ayah chika tidak begini… mentang-mentang bergelar Sutan Bagindo merasa menjadi Raja… karena ada sebagian lelaki yang seperti ini lho… malas-malasan bekerja, seenaknya aja dirumah, makan pengen enak, tapi gx mau usaha…
nah.. ada satu hal unik yang biasanya dimiliki oleh laki-laki padang
Tak akan mau makan kalau tak ditawari dan disajikan . hihi.. ayah chika termasuk salah satunya… Awalnya chika gx ngeh.. kalau ayah begitu.. tapi waktu Ibu gx ada dirumah… Sampe Malam ayah gx makan karena chika gx menghidangkan makanan. Chika kirain ayah gx laper karena gx minta wkekekee….
begitu juga soal masakan….hanya makanan Nenek dan Ibulah yang enak dan chika harus bersiap-siap ngurut dada kalau masak dirumah. Pasti ada aja yang dikomentari hahaa… bayangkan aja… Ngebuat Kopi aja butuh waktu 4 bulan sampai ayah bilang kalo kopi chika itu PAS >.<

banyak juga hal-hal unik lainnya. Sutan Bagindo biasanya agak anti mengerjakan pekerjaan rumah… Yah.. agak maklum sihh…. Tak akan mau mencuci piring, mencuci baju, atau apa lah gitu didepan anak-anaknya >.< Kecuali kalau anak-anak gx ada, ibu sedang sakit…
agak sedikit berbeda kalau chika berkunjung ke rumah teman-teman yang lain.. Sang Ayah membantu mencuci pakaian, nyapu halaman dll…

dan ada beberapa tradisi lainnya yang sangat chika tidak setujui (yang biasanya dilakukan di Padang) , diantaranya… Saat ada keluarga yang wafat, harus mengeluarkan biaya banyak untuk menyediakan makanan… Ada yang meninggal kok malah makan-makan >.< dan banyak lainnnya deh >.<

Tapi satu hal yang chika acungi jempol… saat mendengar cerita ayah, kalau setiap lelaki di padang saat sudah beranjak remaja “lelaki baligh” tidak dibolehkan tidur di rumahnya. Dia akan dikirim ke “surau” (sebuah mushola/masjid yang mendidik anak-anak) untuk belajar agama dan belajar hidup mandiri. Setelah bisa “mengaji” baru mereka boleh pulang. Jadi agak jarang anak-anak muslim padang yang dididik seperti ini tak bisa baca Alquran 🙂

Dibalik semua kelemahan dan kekurangan Tradisi Padang. Chika bangga jadi keturunan padang, apalagi makanannya enak-enak *hahaa yang dipikirin malah makanan*, trus juga tradisi manggaleh (berdagangnya) hahaa.. Dima ado simpang, disinan Galeh Takambang (dimana ada simpang, disana bisa jualan hihii)

hehee.. kalau sahabat blogger, ada yang punya keluarga padang??? atau teman padang?? yang punya pengalaman yang sama?? share donk 😀

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *