Mengunjungi suatu tempat yang belum pernah datangi memang menyenangkan ya. Apalagi banyak cerita seru selama perjalanan. Nah tantangan #BobeOneWeekNulis kali ini kami diminta menceritakan tentang perjalanan paling berkesan mengunjungi suatu kota.
Kalo ditanya sih setiap perjalanan punya ceritanya sendiri. Saya sudah memulai travelling sejak SMA mengingat saat itu aktif di ekstrakulikuler PMR dan RISMA. Kegiatan PMR paling sering kemah bahkan ke luar kota seperti Palembang dan lampung. Saat kuliah juga begitu, karena aktif ikut lomba karya tulis jadi mengantarkan saya ke banyak kota, Alhamdulillah sudah menjejaki provinsi di Sumatera dan sebagian Jawa. Namun ada satu tempat yang menurut saya sangat berkesan saat saya dan teman-teman di kampus UMB mengikuti MTQ Mahasiswa tingkat nasional yaitu ACEH.
Saat diajak untuk seleksi menjadi kontingen Karya Tulis Ilmiah dalam MTQ Mahasiswa Tingkat nasional saya deg-degan. Walau sudah terbiasa menulis karya tulis, namun masih ada rasa minder mengingat waktu persiapan yang singkat dan berpikir peserta lain dari seluruh Indonesia pasti keren semua. Tapi bismillah deh, saya dan Mba Meri akhirnya mewakili kampus untuk menjadi perwakilan. Selain kami ada juga teman-teman lainnya yang mewakili bidang, musabaqoh, syahril quran, kaligrafi, dll. Disana juga saya akhirnya kenal orang-orang hebat yang sampai sekarang masih jadi teman baik. Ada Mba Vika, Mba Aning, Mba Ratih, Kak Nover, Kak Hardi, Kak Afif, Kak Dani, dan Uni Vera.
Naik L 300 Bengkulu-Aceh
maafkan foto kami yang kepanasan 😀 |
2009, 10 tahun yang lalu. Perjalanan luar biasa itu dimulai, didampingi Pak Djupri, dosen super baik yang rela duduk di depan pintu mobil beserta dua orang supir yang kami sebut supir medan mengendarai Mobil L300. Wow, fantastik bukan. Perjalanan Bengkulu-Aceh naik mobil berhari-hari dengan kondisi mobil yang cukup sempit karena banyak orang dan barang. Jangan tanya gimana panas dan sempitnya? Saya sempat pusing dan mabuk. Tapi syukurlah di dalam mobil ada si munsyid Bang Nover yang kadang melawak bareng Bang Hardi.Perjalanan ini memakan waktu berhari-hari, bahkan kami sempat singgah di beberapa provinsi loh. Di Medan juga kami sempatkan untuk berfoto di Danau Toba.
Salah Jadwal Lomba
Acara MTQ Nasional berlangsung di Universitas Lhouksumawe. Tempat penginapan cukup jauh dari lokasi acara jadi memang harus stand by soal informasi dan jadwal perlombaan. Saya dan Mba meri sudah wanti-wanti jadwal kami tampil, lalu sehari sebelumnya kami sengaja datang ke lokasi lomba karya tulis untuk melihat peserta lainnya untuk menghilangkan deg-degan. Kami menaiki mini bus yang dibawa super ngebut loh. Saya tanya sama orang Aceh memang kalo disini kalo bawa kendaraan kecepatan nya tinggi. Saya yang nggak biasa jadi keliyengan.
Di saat isi perut rasa teraduk-aduk. Kenyataan setiba disana bikin kaget, kami langsung dipanggil panitia untuk tampil. Ya Allah ini gimana sedangkan semua persiapan tinggal di penginapan.
Seingat saya mba meri membawa flashdisk yang isinya persentasi yang belum di edit. Saya langsung tanya ke panitia kenapa bisa berubah sedang kami belum siap, tapi apa mau dikata kalau kami tidak tampil saat itu maka akan di diskualifikasi. Ya Allah, rasanya campur aduk. Kalau nggak tampil rasanya sia-sia usaha selama ini. Dengan perasan dag dig dug dan persentasi seadanya kami tampil. Sungguh ini seperti ujian akhir doktor, di depan kami ada setidaknya 6 penguji yang punya gelar professor dan doktor. Walau mencoba menjawab semua pertanyaan namun sungguh saya tidak puas dengan penampilan itu, saya pengen nangis kalau bisa menutup muka. Tapi teman-teman lain menguatkan sembari jadikan pelajaran kedepannya.
MTQ Mahasiswa kali ini selain penuh tawa juga airmata. Saat menemani mba ratih tampil di lomba musabaqoh, ia mendapat urutan pertama. Sehabisnya mba ratih nangis karena juga merasa tampil tidak maksimal. Jadilah kami sedih bareng saat itu. Belum lagi banyak yang sakit termasuk kak Nover yang kena malaria dan kami terpaksa mencari undur-undur yang dimasukkan ke dalam buah pisang untuk mengobati sakitnya.
Lupakan sedih, Lupakan lelah, Jalan-Jalan ke Banda Aceh
Kekecewaan, ketidakpuasan kami tinggalkan di Lhoksumawe. Walau tidak membawa trophy cukup bangga karena di bidang syahril quran kak nover yang tilawah mendapat nilai tertinggi. Untuk melepas penat Pak Djupri mengajak kami mengunjungi Banda Aceh terlebih dahulu sekaligus membeli oleh-oleh khas Aceh untuk keluarga di Bengkulu.
Di Banda Aceh saya bertemu dengan kak Efend yang bersedia menemani keliling Banda. Beliau ini dosen di aceh, saya, kak hardi, dan mba meri kenal karena di forum dudungnet.
Di Banda Aceh kami menyempatkan diri untuk sholat di Masjid Baiturrahman. MashaAllah indah sekali masjidnya. Sebelum memasuki masjid udara terasa panas, namun setelah masuk terasa sekali sejuk dan dinginnya. Saya jadi ingin tidur di sana. Sayangnya saat itu nggak punya kamera bagus untuk dapat foto hehee.. Jadi foto seadanya aja deh.
Oya selain berkunjung ke masjid baiturrahman, kami juga mengunjungi Museum Tsunami di Aceh dan melihat Kapal peninggalan tsunami yang karam hingga ke darat. Kalau di pikir-pikir kapal sebesar itu nggak akan mungkin sampai ke darat, namun dahsyatnya tsunami bisa membawa kapal besar terhempas jauh dari lautan.
Tak lupa saya membeli oleh-oleh untuk keluarga di Bengkulu, ada kopi aceh, mainan jilbab berbentuk rencong, dompet dengan ukiran khas aceh dan beberapa kaos bertuliskan Aceh.
Semoga suatu saat nanti bisa kembali ke Aceh lagi untuk mengunjungi tempat yang belum sempat dikunjungi.