Bicara pameran, bagi saya dan sebagian besar warga Kota Bengkulu seringkali mengkaitkan nya dengan Festival Tabot. Festival ini dihelat  masyarakat Bengkulu untuk memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad yaitu Imam Husein bin Ali bin Abu Thalib. Acara ini biasanya berlangsung selama sepuluh hari yaitu  1-10 Muharam. Setiap tahun, acaranya dipusatkan di depan Balai Raya Semarak Bengkulu (rumah kediaman Gubernur Bengkulu), tepatnya di lapangan Polres Bengkulu.

source: potokito

Bisa dikatakan ini pameran paling menarik di kota Bengkulu yang pernah saya kunjungi. Tentu saja bukan hanya pameran tabot yang ditampilkan, namun festival ini juga dimeriahkan pertunjukan seni, pasar, pameran/bazar buku,  pameran kriya, serta aneka lomba
seperti lomba delman hias, rebana, tari tabot, dan beragam acara seni
lainnya. Acara ini jadi ladang rejeki tersendiri untuk warga bengkulu khususnya. Saat acara ini berlangsung ribuan wisatawan tumpah ruah dijalanan kota Bengkulu, bukan hanya wisatawan lokal namun juga wisatawan mancanegara.

Walaupun banyak kontroversi tentang perhelatan tabot. Tapi tabot jadi ajang rekreasi tersendiri bagi masyarakat Bengkulu yang menurut saya pribadi kurang mendapat pameran edukatif seperti layaknya kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Sebut saja IBF, Pameran Buku Bandung dll. Festival tabot ini juga di isi oleh pameran dinas dan instansi. Biasanya warga ikut membantu mengisi barang-barang kerajinan dan makanan khas yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat jika laku terjual.

Berburu Buku di Festival Tabot
Pasti pada penasaran kan soal pameran buku di festival tabot. walaupun yang lebih ditonjolkan adalah barang-barang kerajinan dan produk industri rumah tangga, namun di festival tabot tetap ada pameran buku. Biasanya yang membuat stan pameran buku adalah toko buku dan beberapa instansi pemerintahan. Diantaranya Stand Kota dan Kabupaten yang seringkali memberikan buku panduan wisata gratis bagi para pengunjung. Selain itu ada Stan Departemen Agama yang juga seringkali bagi-bagi buku gratis. 

Sudah gratis tapi masih sepi. Hehehe, itulah yang seringkali terjadi di pameran buku saat festival tabot. Mungkin karena faktor minat baca masyarakat yang masih rendah, sehingga merasa tidak memerlukan buku-buku walaupun diberikan secara gratis oleh pemerintah. 

Bengkulu Sepi Pameran Buku
Bengkulu memang masih sepi pameran buku, dan sebagai seseorang pencinta buku saya dan banyak teman lainnya mungkin begitu haus dan iri saat melihat reportase teman-teman di luar kota yang mungkin punya banyak tempat pameran buku untuk dikunjungi. Namun saya masih bisa bersyukur karena di Bengkulu sudah ada gramedia yang sering juga mengadakan pameran buku dan talkshow yang setidaknya bisa mengobati kerinduan para pecinta buku.

source: gramedia bengkulu

Banyak hal yang mesti dicontoh masyarakat Bengkulu soal minat baca dan perhelatan pameran buku. Agar masyarakat tertarik untuk mulai membudayakan cinta buku dan ilmu pengetahuan. Menariknya sebuah pameran buku nggak melulu karena diskon kan, saya rasa itu faktor kesekian. Dan ada beberapa hal yang menurut saya membuat pameran buku menjadi menarik diantaranya

1. Informasi soal buku dan penerbitan. Yah, ini jadi hal penting. kenapa? hmm, mungkin hanya sebagian orang saja yang mau membeli buku tanpa mengetahui dahulu informasi buku itu. Informasi buku bisa disajikan dengan layar komputer atau oleh penjaga pameran buku. Informasi soal buku2 terbaru dan penerbitan di Indonesia juga jadi bakal ampuh untuk menarik minat pengujung terutama yang hobi menulis.
2. Talk show. temu penulis dan pembagian door prize.
3. Adain lomba resensi atau menulis untuk semua kalangan. *kepengennya saya 😀 untuk lomba panitia bisa kerja sama dengan klub buku atau klub menulis. Oh ya, saya juga apresiasi nih untuk #PameranBukuBdg2014 yang salah satu cara menarik minat untuk pamerannya dengan ngadain lomba blog. kan keren tuh…
4. Kategori buku-buku di pameran sesuai dengan jenisnya biar pengunjung nggak kebingungan.
5. Diskon ini juga penting 😀 tapi kalau bisa jangan hanya buku-buku jadul yang didiskon sih.
6. Tempat yang strategis dan mudah dijangkau walau dengan transportasi umum




Semoga makin banyak pameran buku yang bisa memberi alternatif bagi masyarakat Indonesia untuk jadi cerdas dan cinta membaca ^_^





Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *