Allah itu suka memberi kejutan. Kejutan dari Allah kadang bikin kita terharu, kaget, senang dan tentunya bersyukur. Salah satu kejutan Allah yang sangat saya syukuri adalah takdir akan jodoh yang tak disangka-sangka datangnya. 

Sebenarnya saya punya target menikah di umur 25 tahun, namun Allah menghendaki saya menikah lebih cepat di umur 23 tahun.Banyak teman yang menanyakan kenapa kok bisa nikah sama dia *suami saya, gimana bisa ketemunya? dia itu kan bukan kriteria kamu, kok bisa? gimana rasanya nikah muda? enak nggak?

Dicecar pertanyaan sedemikian banyak saya tersenyum dan menjawab seadanya. Karena banyak pertanyaan yang sebenarnya tidak penting untuk diceritakan. Malah akan menambah rentetan pertanyaan baru. Hehe.

Jika diingat perjalanan saya menemukan tambatan hati memang terkesan berliku-liku dan penuh kejutan. Allah ternyata memberi kejutan indah itu setelah banyak rintangan.

Jika diceritakan dari awal rasanya terlalu panjang hehe. tapi puncak pencarian saya itu di tahun 2013, setelah tahun  2011 sebelumnya saya memutuskan untuk sendiri (memutuskan hubungan dengan teman dekat lelaki) dan memutuskan untuk tidak menjalin hubungan abal-abal dengan lelaki manapun. Saat itu saya menangis, sebuah tamparan telak untuk diri saya. Saya menangis bukan karena sedih berpisah, namun lebih pada penyesalan karena waktu saya telah  sia-sia dengan banyak hal yang tidak bermanfaat, lebih-lebih membuat diri saya semakin jauh dari Sang Pemilik Cinta Allah SWT. 🙁

Dulu. Saya seakan tuli mendengar nasihat teman-teman yang sangat menyayangi saya. Mereka padahal terus mengingatkan “Berhentilah. Tidak ada satupun kebaikan jika yang kita lakukan itu bukan perintah Allah. Cinta yang kamu perjuangkan itu semu, orientasinya dunia dan nafsu.” Namun begitulah, masa muda yang bergejolak membuat kita jauh dari kebenaran. Namun Allah masih sayang sama saya walau sudah banyak hal buruk di masa lalu yang saya lakukan. Allah tidak meninggalkan saya. Dia mempertemukan saya dengan orang-orang soleh yang akhirnya mau membantu membimbing saya untuk memperbaiki diri.

Tahun 2012, saya pisah dengan orang tua. karena saya bersama teman mengelola PAUD, Bimbel dan TPQ di Curup, Rejang Lebong. Disanalah saya mulai menyibukkan diri saya dengan hal-hal positif. Hari-hari saya habiskan dengan mengajar dan menulis. Melihat kesibukan saya itu yang tidak punya waktu untuk berfikir tentang menikah, kakak-kakak dan mba-mba saya berusaha untuk menjodohkan saya dengan pilihan mereka. Saya sangat berterima kasih untuk itu, karena lelaki yang mereka ajukan itu soleh-soleh dan saya tau mereka orang baik. Namun saya masih ragu, karena saya tidak sebaik yang mereka bayangkan dan akhirnya saya tidak menerima untuk dijodohkan. Saya masih perlu waktu untuk memperbaiki diri hingga saya rasa siap.

Kalau kamu sekarang Lagi memperbaiki diri dan Menjaga Hati, Insya Allah jodohmu juga lagi memperbaiki diri dan menjaga hatinya 
RT @ManJaddaWaJadaa 

Awal tahun 2013. Ayah Ibu saya mulai resah karena kecuekan saya dengan perihal menikah. Saya maklum karena orang tua pasti cemas jika anak gadisnya belum juga menikah walaupun waktu itu umur saya masih 23 tahun.

Namun tiba-tiba Allah menunjukkan jalan pada saya. Entah bagaimana mulanya saya akhirnya berkomunikasi dengan kakak kelas saya di kampus yang beda jurusan. Saya agak lupa,  Namun seingat saya komunikasi itu dimulai saat beliau meminta saya menjadi pembicara dalam acara “Success in Campus” namun saya menolak dengan alasan kurangnya ilmu dan saya belum sukses. Hehehe.. Beliau kesal dan hampir marah karena alasan yang katanya tidak masuk akal itu, bahkan beliau mengatakan kalau saya pelit ilmu. 😀 Kalau kata beliau, sejak saat itu ia “bete” kalau lihat saya. “Akhwat jutek” begitu ia memanggil saya.

Mulai dari sanalah kami mulai berkomunikasi, namun dalam hal wajar seperti mengisi acara outbound bersama atau hal-hal berkaitan dengan dunia kampus. Dia yang sudah saya anggap kakak sendiri meminta saya mencarikan ia calon istri yang kalau bisa keturunan orang Padang. Saya membantu sebisanya, namun tidak berhasil.

Hingga dengan mendadak, ia meminta saya untuk menikah. Saya jawab cuek “Jika ingin menikahi saya, datang ke ayah ibu dirumah.” Saya kira dengan begitu ia takut atau seperti lelaki lainnya selalu mengatakan “saya siap nikah, tapi tunggu saya kumpulkan uang dulu, atau tunggu saya sukses dulu, dapat pekerjaan ini itu dulu…” Namun beliau langsung datang ke rumah saat saya di Bengkulu. Betapa terkejutnya saya, kedatangan pertamanya dirumah, ia langsung mengutarakan bahwa ia minta izin menikahi saya. Saya yang tidak ikut pembicaraan itu respek menggigit bantal di kamar belakang bersama adik saya. Subhanallah, dia seberani itu :”)

Jawaban ayah sangat bijak. Jika saya dan dia siap silahkan. InsyaAllah mereka akan membantu memudahkannya. Alhamdulillah, semuanya berlangsung begitu mudah. dan saya yakin kesemuanya itu dimudahkan oleh Allah. bukankah ketika kita berniat untuk ibadah dan karena Allah, maka Allah akan memudahkan. yang saya ingat, April beliau datang kerumah, Mei lamaran, dan Juni kami menikah.

sumber gambar : google.com

***

Ahh menikah itu luar biasa! Saya memang tidak sempurna, suami saya juga tidak sempurna. Namun saya yakin cinta kami yang diikat dengan kecintaan Allah merupakan cinta yang sempurna. Yuk jangan ragu untuk menikah, karena kamu nggak akan merugi dengan menikah.

Menikah, Menjauhkan Diri Dari Dosa
Allah nggak mungkin memberikan perintah kalau nggak ada faedahnya, betul tidak? Mengingat banyaknya dosa yang pernah saya lakukan di masa muda saya menyesali kenapa dulu saya tidak lebih cepat menikah. Hanya Allah yang tahu dosa yang diperbuat oleh mata, hati, dan diri saya yang sebenarnya bisa dihindari dengan menikah. Jika sudah menikah pikiran jadi tenang, nggak sibuk celingak celinguk liatin lawan jenis lalu memendam perasaan yang memupuk penyakit hati. COba deh bandingkan pacaran  dengan menikah, pegang tangan pacar dosa, genggam jari suami dengan penuh kasih sayang dosa kita berguguran. 😀 Berhias untuk pacar nggak dapat pahala, berhias untuk suami dan suami ridho dapat pahala. Jadi jelas dengan menikah menjauhkan diri dari dosa.

Menikah, Ada Pendamping yang Selalu Mengingatkan Kebaikan
Dulu saya sering tersinggung kalau ada yang mengingatkan saya hihi.. Namun setelah menikah saya jadi sadar bahwa mengingatkan adalah salah satu bentuk perhatian dan kasih sayang dari seseorang. Suami saya pernah bilang bahwa ia bertanggung jawab untuk menjaga saya dan keluarga dari siksa api neraka. Walaupun masih sering ngambek saat ditegur, suami saya tetap nggak bosan mengingatkan kalau saya lalai dan lupa akan sesuatu, tentu saja semuanya demi kebaikan. Gimana? enakkan ada seseorang yang mau mengingatkan kita secara jujur tanpa berpura-pura. suami juga sering mengajak saya untuk mengupgrade ibadah dengan ikut pengajian dan taklim 🙂

Menikah, Buat Saya Mau Belajar
Sebelum menikah saya pernah berkata jujur dengan suami kalau saya tidak bisa masak, kalaupun bisa hanya beberapa masakan dan rasanya tidak karuan. Suami memaklumi dan berharap saya mau belajar dan ia akan terus mendukung. Akhirnya dengan kemauan keras saya cari resep-resep dan tanya sama tetua-tetua cara masak yang baik dan benar hihii… Alhamdulillah walaupun belum seenak makanan di rumah makan, saya selalu memasakkan suami makanan setiap harinya. Bersyukur banget karena beliau selalu makan makanan saya walaupun rasanya ada yang kurang. Dan nggak lupa untuk memberi nasehat biar masakan saya lebih enak lagi, misalnya : Dek ini besok tambah garam lagi, eh ini kayaknya kurang santan dll ^_^ 


Selain itu saya juga belajar untuk jadi disiplin dan pengertian. Walau banyak orang yang mengatakan karakter kami berdua tidak cocok. Saya yakin Allah akan membuat kami saling melengkapi. Saya yang ceroboh dan berantakan akan dilengkapi oleh suami yang perapi dan disiplin. Suami yang karakternya keras akan dilengkapi karakter saya yang lebih ceria. Dan sampai saat ini saya merasa begitu bahagia menjadi istrinya. Karena ia selalu mengingatkan saya di saat saya lupa 🙂

Menikah, Rejeki Lancar dan Berkah
Ragu awalnya menikah pasti ada, salah satunya soal rejeki. Hitungan kita sih menikah gaji suami dibagi dua, namun hitungan Allah beda. Menikah, pintu rejeki terbuka lebar dari jalan yang nggak disangka-sangka. Banyak yang nggak percaya dengan gaji suami yang tak besar dan saya tidak bekerja bisa mencukupi untuk uang kontrakan dan makan sehari-hari. Kalau dihitung minusnya mah banyak, tapi Allah menutupi minusnya, malah ditambah plus plus. alhamdulillah memasuki tahun kedua pernikahan saya dan suami belum pernah kelaparan ^_^

Menikah, membuat kami punya cita-cita yang tinggi. Punya banyak anak yang semoga jadi soleh dan solehah yang kelak akan menjadi penghibur hati, penyejuk mata, dan pemberat amal saat dihisab. Semoga  keturunan kami nantinya adalah keturunan yang bermanfaat untuk umat.

Semoga Allah mengikat hati kita dengan cinta-Nya. 

Hingga kita bukan hanya menjadi pasangan di dunia, 

namun juga di Jannah-Nya. Aamiin Ya Allah.

Terakhir spesial Untuk saudariku yang sedang dalam penantian. Bersabarlah ^_^
Allah pasti menyiapkan yang terbaik. Teruslah memperbaiki diri, agar jodoh yang datang kelak adalah seorang imam yang soleh yang bisa membimbing menuju jannah-Nya. Aamiin

Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway 3rd Anniversary The Sultonation

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *