yang kuingat darimu adalah perjuangan
yang kuingat darimu adalah lelah tak berkesudahan
dan demi kasih sayang yang tak pernah henti kau curahkan
maka layaknya tiada tempat yang pantas untukmu selain surga
Ibu yang kala menatap matanya aku tak bisa menahan haru dan kerinduan. Banyak hal yang ingin kusampaikan namun tak sanggup kuutarakan. Tentang tentang hal-hal yang kau suka, tentang cerita remajamu, dan tentang mimpi-mimpimu yang kini sirna karena memperjuangkan kehidupan kami. Anak-anakmu.
Ibu yang tangannya penuh luka dan kerutan keningnya semakin bertambah. Senyummu tak pernah hilang tika menyambutku pulang. Memijat pundakku walau kutahu lelahku bahkan tidak setengah lelahmu. Lebih-lebih menyediakan ku secangkir teh hangat kala angin membuat perutku sakit. Ahh, padahal jarang sekali aku menyuguhkan sekadar secangkir air kala nafasmu mulai terengah melayani pembeli.
Ibu yang tak pernah memarahi ku lebih dari setengah jam. Adalah malaikat yang hatinya entah terbuat dari apa. Bahkan tak pernah alpa memasakkan kami, anak-anakmu. Yang kadang sering makan di luar, menghabiskan uangmu, dibandingkan membuatmu bahagia dengan melahap habis masakanmu. Yang seringkali membuat hatimu terluka akan kata kasar yang tak disengaja. Tapi kau tetap saja, seorang ibu yang tak akan terganti.
Ibu yang menguatkan saat tiada sesiapa yang bisa menguatkan. Rengkuhanmu saat aku harus kehilangan calon bayiku adalah aliran semangat yang begitu besar. Bahkan di saat aku jarang mengunjungimu, sekedar menanyakan kabarmu.
Maaf ibu,
untuk mimpi-mimpimu yang sirna karena kami
untuk sikap tak peduliku yang seringkali menyakitimu
untuk segala hal yang tak bisa kulakukan untukmu
untuk lelahnya hidupmu
untuk Cinta Tanpa Akhir yang kau berikan
Allah lebih tahu betapa mulianya hatimu
yang kuingat darimu adalah perjuangan
yang kuingat darimu adalah lelah tak berkesudahan
dan demi kasih sayang yang tak pernah henti kau curahkan
maka layaknya tiada tempat yang pantas untukmu selain surga