Melihat anak muda zaman sekarang saya sering ngeri-ngeri sedap. Sebagai orang tua saya miris bercampur cemas akan masa depan anak-anak saya kelak. Ya, di zaman yang sudah semakin canggih, semua serba ada, akses kemanapun dan apapun pun makin mudah. Hal ini berbanding lurus dengan anak-anak yang akan semakin mudah terkontaminasi lingkungan bahkan terjerat dalam pergaulan bebas.
Di sisi lain pula anak-anak butuh aktualisasi diri untuk menemukan jati dirinya. Tidak akan mungkin kita mengurungnya terus di rumah, tidak boleh berkreasi atau tidak boleh berkumpul dengan teman-temannya.
Terus bagaimana sih menghadapi kondisi yang seperti ini!
Lagi-lagi guru pertama anak-anak mereka adalah orang tua. Tidak sekedar sebagai pemberi nafkah, orang tua adalah role model bagi anak-anaknya. Suka atau tidak, orang tua diharapkan mampu memposisikan diri sebagai sahabat saat mereka beranjak remaja karena saat anak-anak tumbuh dengan pubertas, gejolak muda itu kadang tidak terkendali. Akan makin menjadi jika mereka tidak mendapatkan tempat di rumah mereka sendiri.
Saya sendiri pernah juga mengalami masa transisi yang rumit saat remaja. Ada banyak hal yang membuat saya tidak percaya diri, merasa kehidupan saya adalah kehidupan paling sial hingga menyendiri dan tidak mau berteman dengan orang lain. Saya tidak pernah berani bercerita pada ayah dan ibu. Untung saja hal itu tidak berlangsung lama karena akhirnya saya menemukan teman-teman yang tepat untuk membantu saya melewati banyak hal saat remaja.
Diluaran sana banyak anak remaja yang akhirnya memilih melabuhkan diri di pada lingkungan yang tidak tepat. Kenapa? karena mereka tidak mendapatkan pengakuan dari orang-orang terdekat. Mereka dianggap pembangkang, anak nakal hingga tidak bisa mewujudkan impian orang tua.
Tentang film my generation
Realita remaja zaman now diangkat dalam sebuah film remaja berjudul My Generation. Film My Generation bercerita tentang persahabatan empat anak SMU, Zeke, Konji, Suki dan Orly. Keempatnya mendapati fakta bahwa liburan sekolah mereka tak istimewa. Namun hal itu membawa mereka pada kejadian-kejadian dan petualangan yang memberi pelajaran sangat berarti dalam kehidupan.
Jika kebanyakan film mengangkat sisi orang tua mempertanyakan sikap/prilaku sang anak, maka film ini justru kebalikannya mempertanyakan sikap/prilaku orang tua.
Ini sebenarnya “warning” bagi orang tua untuk “melek” terhadap realitas anak zaman millenial (gen Z) yang kritis, kreatif, open minded, dan mereka tak suka dengan sesuatu yang terlalu mengikat. Apalagi sok moralis, padahal ga sedikit prilaku orang tua yang justru mencerminkan prilaku amoral, intolerance, suka labelling negatif, dan sebagainya. Mereka (anak2 gen Z sebenarnya mudah diatur jika memang orang tua benar benar bisa memberikan teladan, dan tak menghakimi apalagi suka membanding2kan).
Film ini mengajak orang tua lebih peka dan memandang anak sebagai subyek, bukan obyek yang selalu dijejali dengan dogma2, yang dalam kenyataannya tidak berhasil dicontohkan orang tua, dan para guru.
Tetaplah “menjadi manusia” untuk mendekati manusia jika ingin melakukan perubahan, bukan “menjadi Tuhan” yang notabene punya hak veto atas surga dan neraka. Dan, tidak juga berperan “menjadi malaikat” yang memang diciptakan Tuhan sebagai mahluk yang suci karena tak punya nafsu. Manusia adalah mahluk yang sangat unik : ada nafsu2 dan kita harus tetap eksis #MenjadiManusia yang penuh manfaat, sementara nafsu demikian bergemuruh.
Visualiasasi film ini memang terlihat begitu berani jika kita menilainya dari sisi nilai2 budaya “ketimuran” dan religi bangsa Indonesia. Tetapi, jika kita ingin menilik lebih dalam dan mau jujur….sebenarnya ini adalah realitas anak muda saat ini. Mengapa bisa seperti itu ? Kembali pertanyaan seharusnya kembali pada kita : bagaimana kita memberikan contoh dan berprilaku.
Film My Generation yang diproduksi oleh IFI Sinema menggandengn Sutradara UPI dan memperkenalkan wajah baru di industri perfilman Tanah air yaitu Bryan Langelo, Arya Vasco, Alexandra Kosasie dan Lutesha. Ada pula pemain senior yang meramaikan film my generation seperti Tyo Pakusadewao, Ira Wibowo, Surya Saputra, Joko Anwar, Indah Kalalo, Karina Suwandhi dan Aida Nurmala.
Sutadra Upi mengungkan film ini sangat menyiratkan generasi millenials saat ini, dimana proses pembuatannya Upi melakukan riset social media listening selama 2 tahun dan pengerjaan filmnya sendiri menghabiskan waktu 1 tahun.
Yuk lebih dekat dengan karakter tokoh dalam film my generation
Orly
Sebagai anak perempuan yang kritis, pintar dan berprinsip dan ia sedang dalam masa pemberontakan akan kesetaraan gender dan hal lain yang melabeli kaum perempuan. Salah satunya tentang keperawanan. Orly berusaha mendobrak dan menghancurkan label negatif yang sering diberikan kepada perempuan. Di luar itu Orly bermasalah dengan ibunya yang single parent, yang sedang berpacaran dengan pria muda. Bagi Orly gaya hidup Ibunya tidak sesuai umur.
Suki
sebagai perempuan paling cool di antara temannya. Selayaknya anak muda umumnya Suki memiliki krisis kepercayaan diri yang berusaha ia sembunyikan. Tetapi krisis percaya dirinya semakin ebsar seiiring dengan sikap orang tua nya yang selalu berpikiran negatif.
Zeke
pembuda rebellious tapi juga easy going dan sangat loyal pada sahabatnya, ternyata memendam masalah sangat besar dan menyimpan luka yang dalam di hatinya. Zeke merasa orang tuanya tidak mencitainya dan tidak menginginkan keberadaannya. Untuk menyembuhkan lukanya, Zeke harus berani mengkonfrontasi orang tuanya dan membuka pintu komunikasi yang selama ini terputus.
Konji
sebagai pemuda polos dan naif, tengah mengalami dilema dengan masa pubertasnya, ia merasa ditekan oleh aturan orang tuanya yang sangat kolot dan over protective. Hingag ada satu peristiwa yang membuatnya shock. hal ini membuat kepercayaannya pada orang tuanya hilang dan konji balik mempertanyakan moralitas orang tuanya yang sangat kontradiktif dengan semua peraturan yang mereka tuntut terhadap Konji.
Wah tokoh-tokohnya menggambarkan banget ya remaja zaman now. Saya jadi penasaran. Kayaknya pas banget ditonton orang tua agar terbuka pikiran untuk merubah pola komunikasi dan pola asuh agar anak-anak tidak menjauh dari orang tua.
Yang Penasaran simak dulu trailernya dan jangan lupa nonton tanggal 9 November nanti