“Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.An-Nahl-125)
***
Ada seorang ustadz yang baru baru ini saya kenal. Bukan kenal secara langsung, tapi dari pembicaraan dikalangan mahasiswa dan teman lainnya. Mereka menyebutkan bahwa ustadz itu sering menegur mahasiswa masalah ibadah. Saya pikir malah bagus. Tapi ternyata tidak bagi yang lain. Mereka mengatakan bahwa cara ustadz menegur selalu keras dan kasar. alih-alih membuat yang didakwahi sadar, malah mereka menjadi murka dan mengeneralisir bahwa orang yang paham agama itu biasa selalu menjudge dan menganggap orang lain rendah.
Saya jadi ingat pernah belajaran tentang Dakwah yang baik. Karena dakwah itu kan sebenarnya adalah mengajak, bukan mengejek apalagi mencaci. Banyak cara menuju syurga, namun di balik itu banyak jalan justru
membawa manusia menuju ke neraka. Niatnya baik, tapi cara atau metodenya
salah, niatnya mengajak orang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
tapi cara yang digunakannya mencaci maki, menghina dan memburuk-burukan
pihak lain yang tak sepaham dengannya.
Seakan syurga dia yang punya dan pihak lain yang tak sepaham
dengannya masuk neraka semuanya. Jadi kebenaran ada di tangannya
sendiri, pihak lain yang sama-sama muslim ketika berbeda pendapat
dengannya justru dimaki-maki, dihina dijadikan bahan gunjingan yang
mengaksyikan, dengan kata-kata kasarnya saudaranya sesama
muslim”dibantainya!” dipermalukan di depan umum. Menyedihkan, dakwahnya bukan mengajak, tapi mengejek!
Nabi adalah semulia-mulia manusia, Beliau mengajarkan kepada kita semua untuk berlaku lemah lembut dan tak mudah mengkafirkan sesama muslim,
apapun perbedaan pendapat dan mazhabnya. Islam disebarkan dengan
kelembutan bukan dengan kekerasan dan menghina paham orang lain atau
kelompok lain yang berbeda pendapat.
Nabi tak pernah mengajarkan untuk memaki pihak lain, menghina pihak
lain dan mudah mengkafirkan orang lain yang sama-sama akidahnya,
sama-sama syahadatnya, sama dalam gerakan dan bacaan sholatnya, sama
iman dan Islamnya, sama dengan tata cara zakat, puasa dan hajinya. Bila
seandainya pun berbeda, mereka juga punya dalil sendiri, yang bisa saja
benar. Tak mengklaim kebenaran milik pribadi, kebenaran datangnya dari
allah SWT.
Jadi mengajak orang kepada Islam lagi-lagi harus dengan kelembutan,
kalimat disampaikan adalah ajakan, bukan ejekan, amanah bukan amarah,
rendah hati bukan emosi, berbagi bukan mengusili, menyejukan bukan
membuat hati panas dan seterusnya. Itulah dakwah yang hakiki,
dakwah yang membuat orang menjadi sejuk di dalam masjid, mushollah atau
di dalam pengajian, sehingga ketika mereka pulang kerumah, mereka makin
dekat kepada Allah SWT, bukan malah lari dari Allah, karena salah metode
yang menyampaikan.