Apa yang terlintas di bayangan teman-teman ketika mendengar narapidana? Sebagian dari kita mungkin bergedik ngeri membayangkan kejahatan yang sudah mereka lakukan sehingga harus terkurung di jeruji penjara. Sebagian lain sebisa mungkin menghindar agar tidak perlu berususan dengan napi.

Namun, ada yang melihat narapidana utamanya napi perempuan dari sudut pandang yang berbeda. Merekalah pemuda pemudi dari Garis Hitam Project yang tergerak untuk membantu dan membina narapidana di Lapas Perempuan Kelas III Mamuju agar bisa bangkit dari keterpurukan dan mampu berkarya bahkan memiliki usaha setelah keluar dari penjara.

Mengenal Garis Hitam Project Mamuju

Garis Hitam Project didirikan oleh Achmad Nur, Rivai Sahida, Muhammad Ariefsan dan Ulfa Purnamasari di penghujujng tahun 2019. Saat pertama kali datang menyambangi Lapas Perempuan, mereka merasa ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk mengisi kokosongan di lapas tersebut.

Achmad melihat kondisi masyarakat saat ini yang masih memberikan stempel negatif meskipun narapadina sudah keluar dari penjara dan berjuang untuk memperbaiki diri.

Penolakan keluarga dan masyarakat kerap mereka hadapi hingga meninggalkan luka berkepanjangan. Belum lagi sulitnya mantan napi perempuan mendapatkan pekerjaan yang layak.

Nama Garis Hitam dipilih oleh Achmad berdasarkan pemahamannya bahwa setiap orang memiliki momen garis hitamnya masing-masing dimana mereka melanggar moral dan hukum. Tidak ada orang yang sempurna dan lepas kesalahan.  Narapidana yang bersalah di mata hukum tetap punya kesempatan untuk kembali ke masyarakat.

Untuk itu Garis Hitam Project merasa perlu mengikis stigma yang ada dengan mengajak warga binaan di Lapas Perempuan untuk memiliki usaha yang produktif. Karena ia percaya, seburuk apapun masa lalu, setiap orang punya kesempatan untuk bangkit dan berubah lebih baik.

Berjalan dengan 4 personil tidak mengurangi semangat Garis Hitam Project untuk melakukan pembinaan. Lebih lagi mereka mendapat dukungan dari pemerintah mamuju mengingat isu ini sangat jarang diangkat. Lapas Perempuan Kelas III Mamuju memberikan ruang untuk Garis Hitam Project mengisi pelatihan kepada warga binaan.

Gambaran tentang lapas yang mengerikan dan penuh kekerasan yang sering ia jumpai di tontonan film nyatanya jauh berbeda dengan situasi di lapas. Warga binaan dengan tangan terbuka menyambut mereka. “Mungkin mereka menganggap anak atau keluarga yang sudah lama tidak bertemu. Mereka sebenarnya rindu bertemu dengan keluarga. Jadi kedatangan kami seperti disambut oleh seorang Ibu, benar-benar hangat” ungkap Achmad.

Suasana kekeluargaan yang terbangun baik antara pengurus lapas perempuan, warga binaan dan garis hitam project memudahkan edukasi dan pendampingan yang mereka lakukan.

Pelatihan dan Pendampingan di Lapas Perempuan

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh garis hitam project di lapas Perempuan kelas III Mamuju diantaranya:

1. Pelatihan Menjahit

Pembinaan yang dilakukan Garis Hitam Project didukung berbagai pihak. Dinas Perempuan dan BRI berkolaborasi memberikan mesin jahit dan support untuk pelatihan menjahit. Warga binaan akhirnya diajak untuk membuat karya inovatif seperti tote bag dan knitting bag. Produk buatan napi akan dijual yang keuntungannya digunkaan Kembali untuk kegiatan pembinaan. Sebagian keuntungan juga akan diberikan kepada napi melalui rekening tabungan yang dikelola oleh pihak lapas.

2. Pelatihan Pembuatan Kue

Selain menjahit warga binaan juga dibekali keterampilan memasak seperti membuat produk olahan kue kering yang dinamakan LPP Cake. Pelatihan pembuatan kue ini bertujuan untuk membangun semangat wirausaha kepada napi Perempuan agar nantinya mampu berdikiri dan memiliki usaha sendiri.

3. Pameran Produk Lapas

Untuk meluaskan pemasaran produk buatan warga binaan, Achmad bersama tim Garis Hitam Project kerap mengikuti pameran UMKM di Mamuju. Produk lapas Perempuan yang dipajang diantaranya tas rajut, Bosara (makanan khas Mamuju), totebag, sarung dan gantungan kunci. Produk tersebut pun mendapat respon Masyarakat yang hadir dan mereka sangat antusias untuk membelinya.

4. Menembus Pasar Luar Negeri

Melalui fasilitasi radiant life Excursions, Garis Hitam project berkesempatan untuk menembus pasar luar negeri melalui produk produksi teman-teman warga binaan. Saat kedatangan mahasiswa dari USA yang melihat langsung proses produksi produk, Achmad memiliki ide agar mahasiswa luar negeri tersebut ikut mempromosikan produk warga binaan.

Keinginan Achmad tersebut disambut baik oleh mereka. Dengan senang hati mahasiswa USA mengambil gambar dan mempromosikan produk lapas Perempuan di media sosial mereka masing-masing. Dan benar saja, sejumlah produk berhasil terjual di California dan Los Angles.

5. Bantuan Banjir

Kolaborasi juga Achmad lakukan bersama ASTRA karena ia berhasil menerima apresiasi program SATU Indonesia Award tahun 2021 tingkat provinsi. Bersama ASTRA, ia menyaluarkan bantuan Astra kepada narapidana di Mamuju dan nasyarakat yang terdampak banjir di Kecamatan Kalukku, Mamuju pada 10 Juli 2022 lalu.

Ketulusan memberikan edukasi dan membina warga binaan ini memberi harapan baru bagi warga binaan. Salah satu napi menceritakan bahwa sebelum ada garis hitam project, mereka cenderung bosan karena tidak banyak aktivitas yang dilakukan. Namun sejak ada kegiatan garis hitam, ia mendapatkan pembinaan dan aktivitas kemandirian yang menambah ilmu dan memperluas wawasan.

“Karena garis hitam project merangkul narapidana seperti keluarga. Saya mendapatkan pelatihan kerajinan tangan, saya bisa membuat tas dari tali kur, membuat gantungan kunci dari pipet dan semakin pandai memasak.” tutur salah satu warga binaan Lapas Perempuan Kelas III Mamuju.

Mimpi Achmad Mengembangkan Garis Hitam Project

Impian Achmad masih panjang. Ia merasa perlu berbuat lebih banyak lagi dalam membantu warga binaan di Lapas Perempuan Mamuju dan mantan narapidana. Ia berharap bisa mendirikan home industry yang akan menjadi gallery produk kerajinan dan makanan yang dibuat oleh narapidana mapun narapidana. Dengan adanya toko tersebut tentu akan lebih mudah memperkenalkan dan memasarkan karya mereka kepada Masyarakat.

Ia juga memiliki agenda untuk membuat ruang inklusif kelompok marginal. Ruang inklusif ini diharapkan dapat menyetarakan hak mantan narapidana dan kaum minoritas lainnya.

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *