Ada yang bilang semakin bertambah umur, maka ia akan semakin bijak dalam menghadapi hidup. Padahal tidak selalu begitu. Betul kan teman-teman happyummi? karena pada kenyataannya banyak manusia dewasa yang tampak egois dan kekanak-kanakan.
Ummi sering mengamati bagaimana Abang Ubay dan Adek Ghazy dalam kesehariannya. Mereka punya hati yang luar biasa, menikmati setiap detik hidupnya dengan ceria. Kadang suka bertanya-tanya, kenapa mereka bisa se-happy itu? Mungkin bisa juga karena pikiran mereka yang belum terkontaminasi, polos dan tidak membatasi impian mereka.
Bukan hanya anak-anak yang perlu belajar dari orang dewasa, melainkan sebaliknya. Orang dewasa atau orang tua seperti saya perlu belajar banyak nilai luhur kehidupan dari anak-anak yang mungkin bisa jadi “reminder”
1. Hati yang Tulus dan Tidak Pendendam
Ketulusan adalah sesuatu yang sukar ditemui oleh orang dewasa. Sebaliknya anak kecil punya hati yang tulus pada siapa saja terutama pada temannya. Ia rela membantu tanpa mengharapkan imbalan, memberi karena memang suka memberi, dan berteman tanpa ada maksud apapun.
Hal ini Ummi amati saat Abang bermain dengan teman-teman. Setiap hari mereka bercengkerama. Walau kadang pernah cekcok, tapi tidak pernah mendendam sedikitpun. Bahkan hanya selang beberapa menit, sudah main bersama lagi.
Yup, hati anak kecil sangat tulus. Mereka tidak mengingat dan menyimpan dendam di dalam hati. Pertengkaran yang terjadi dilupakan begitu saja. Bisakah orang dewasa seperti itu?
2. Apa Adanya dan Selalu Bersyukur
Orang dewasa mempunyai kehidupan yang pelik. Selain beban hidup yang keras, kita kadang terlalu memikirkan pandangan orang lain sehingga ingin tampak hebat di mata mereka. Kita lupa untuk menikmati hidup, kadnag hedonis, dan melakukan apa saja agar diterima di lingkungan pertemanan. Imbasnya, kita tidak bisa jadi diri sendiri. Sebaliknya, anak kecil hidup apa adanya, bergembira tanpa memusingkan hal-hal yang tak perlu. Mereka benar-benar menikmati apa yang mereka punya.
Ummi awalnya heran, bagaimana dengan sebuah mainan dari botol bekas, Abang dan Adek bisa tertawa seharian. Bermain mengelilingi rumah dan saling bercanda. Sereceh itu kah membuat mereka bahagia? Ternyata bukan karena itu, anak-anak mengajarkan ummi untuk bersyukur dengan apa yang ada. Benar bahwa dengan bersyukur hati akan menjadi tenang.
3. Berani Mengungkapkan Pikiran, Berani Bermimpi
Salah satu nilai positif lagi yang ummi pelajari dari anak-anak adalah sikap mereka yang berani bicara mengungkapkan apa yang dipikirkan. Tidak ada keraguan saat mengatakan iya atau tidak. Mereka pun berani mengutarakan impian di masa depan.
Berbeda dengan Ummi, semakin dewasa malah terlalu banyak rasa-rasa. Seringkali takut mengungkapkan kebenaran atau berterus terang. Takut juga melukai perasaan orang lain. Sebuah keadaan yang dilematik sebenarnya.
4. Suka Berbagi
Suatu ketika saat ummi dan Abang duduk di teras, ada ibu-ibu penjual kue yang datang menawarkan jualannya. Ummi tidak berniat untuk membeli, namun saat itu abang Ubay berbisik. “Ummi belilah jualan ibu itu, biar dia bisa kasih makan anaknya”. Hati ummi mendadak hangat, kadang suka malu sama bagaimana kebaikan anak-anak yang peduli dengan keadaan orang lain.
Di lain waktu, setiap ada makanan pasti selalu mencari teman-teman untuk berbagi. Saat ummi tanya kenapa abang suka bagi-bagi makanan. Ia mengatakan bahwa berbagi itu menyenangkan dan bisa membuat teman-teman senang.
Belajar dari anak-anak yang umurnya jauh lebih muda bukanlah suatu hal yang memalukan. Ada banyak hikmah yang bisa kita petik terutama tentang ketulusan dan kejujuran. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari hal-hal sederhana bahkan dari anak-anak yang sering dianggap lemah.
Berusahalah untuk jadi pribadi yang lebih baik 🙂