gambar dari google.co.id |
Hidup berawal dari mimpi. Ini ternyata bukan hanya sekedar kata-kata. Banyak orang-orang sukses yang ternyata telah membuktikan bahwa mimpi yang dituliskan, diikrarkan dan diperjuangkan akan berujung pada pencapaian yang indah.
Dulu saya bahkan tidak berani bermimpi. Pengecut banget kan?
Banyak hal yang mempengaruhi, salah satunya adalah umpan-umpan negatif yang banyak dituahkan orang-orang sekitar saat saya baru saja memulai untuk berani bermimpi. Saya masih ingat saat saya kecil, saya bercerita dengan begitu semangat kepada teman-teman, bahwa saya ingin mempunyai sepeda yang bagus dan saya akan dapatkan dengan mengumpulkan uang dari berjualan keripik. Lalu datanglah Wak Yur mematahkan saya: Kalau mimpi nggak usah tinggi-tinggi, nanti jatuh sakit. Saya down saat itu karena sepeda adalah barang mewah yang bertahun-tahun saya impikan saat itu.
Tapi ternyata Wak Yur salah, saya bisa membeli sepeda dari untung berjualan kripik, walaupun sepeda bekas. Sejak saat itu, saya semakin yakin bahwa segala hal yang bisa kita impikan, yang bisa kita bayangkan adalah sesuatu hal yang tidak mustahil akan kita capai. Surga saja yang tak bisa kita bayangkan ternyata telah dijanjikan untuk kita yang berjuang di dunia.
Dan saya telah menuliskan banyak mimpi hingga umur 23 tahun tahun ini. Ada yang bisa saya dapatkan, ada juga yang tidak. Kadang pernah berpikir untuk berhenti bermimpi, bercita-cita. Alhamdulillah, hal itu tidak benar-benar terjadi. Apa jadinya saya yang lemah ini jika hidup tanpa mimpi.
Mimpi terindah yang pernah saya inginkan di tahun 2013 ini adalah menikah. dan Alhamdulillah, Allah mengizinkan saya untuk menjadi seorang istri dari seorang lelaki yang tak pernah saya duga sebelumnya. Semakin banyak mimpi yang akhirnya saya rancang bersama suami tercinta untuk tahun 2014 ini. Sekarang saya merasa semakin kuat untuk bermimpi, karena saya tidak sendiri lagi. Ada dirinya yang kini menemani saya. Bukankah terasa indah jika membangun sesuatu berdua. dengan cinta.
Rumah Pelangi. Inilah Proyek Monumental yang akan kami canangkan di tahun 2014. Apa itu Rumah Pelangi??? Ya, tempat dimana kami akan tersenyum melihat anak-anak yang tersenyum dan orang-orang tua yang tersenyum. Dimana mimpi akan mereka rajut dan mereka tak akan pernah takut untuk menjadi pemimpi. Lebih gamblangnya adalah mendirikan sekolah dengan konsep sekolah yang menyenangkan. Disana akan ada PAUD, Bimbel, TPQ, TPA, Taman bacaan, dan Komunitas.
Pengalaman saya di PAUD dan mengajar di sekolah alam, membuat hati saya tergerak untuk menjadi bagian dari orang-orang yang mau membangun generasi yang bernilai. yang mencintai belajar, bukan anak-anak yang menjadikan sekolah sebagai momok menakutkan dan mereka hanya dijadikan mesin-mesin yang bekerja tidak dengan hati.
Saya sadari bahwa mendirikan sekolah memang tidaklah mudah, perlu banyak proses persiapan. Tidak bisa dipungkiri dana adalah kendala yang cukup berarti. Saya tidak punya uang yang cukup untuk menyiapkan semua nya. termasuk tanah, gedung dan peralatan. Namun, saya yakin bahwa akan ada jalan di tahun 2014 nanti untuk menuju kesana.
Mimpi yang kadang-kadang disebut orang ini GILA semakin menjadi-jadi. Namun saya tidak peduli. Saya memulainya dari sesuatu yang kecil-kecilan. Saya mengumpulkan anak-anak dirumah untuk mengaji bersama sehabis magrib, bercerita dan menanamkan nilai-nilai agama kepada mereka. Teman-teman yang mempunyai rejeki pun ikut membantu menyumbangkan buku-buku untuk anak-anak di sekitar rumah saya.
Saya sangat bahagia saat mereka mulai menganggap bahwa belajar itu menyenangkan. Bahagia saat datang, tersenyum saat pulang. Walaupun mesti perlahan mengubah akhlak, saya yakin mereka yang dianggap orang tua mereka ini nakal dan tidak bisa diajar suata saat nanti akan menjadi pengganti pemimpin-pemimpin yang kebanyakan hanya mementingkan diri sendiri.
Banyak juga yang mengatakan bahwa saya bodoh jika harus menghabiskan waktu dengan hal-hal semacam ini. Mengajar mengaji tanpa gaji, dan memilih menjadi ibu-ibu fotocopyan dibandingkan menerima kerja di kantoran.
Orang tertawa, karena mereka tidak tahu kenapa saya lebih memilih membuka usaha dibandingkan menjadi karyawan. Alasan nya sederhana, saya hanya ingin menjadi orang yang bebas. Tetap bekerja namun tidak meninggalkan kewajiban saya sebagai seorang istri. Jika saya menjadi karyawan, saya akan pergi pagi pulang sore. Ah, nggak kebayang gimana nanti suami saya ehehe.
Untuk mengumpulkan dana mendirikan rumah pelangi memang saya dan suami membuat usaha fotocopy, rentalan, dan toko peralatan di kampus UMB, karena suami kerja di UMB jadi dia bisa mengontrol saya sekali-kali. Alhamdulillah usaha ini sudah berjalan dua bulan, semoga akan menghasilkan hingga bisa mendirikan sekolah. aamiin..
ahh, saya semakin tidak sabar ketika menceritakan ini. Ada perasaan deg-degan. juga harapan yang penuh. Percaya bahwa Allah akan menjawab mimpi-mimpi saya yang semakin dekat ini. Selagi lagi saya percaya bahwa tahun depan, akan aja jalan terang mendirikan RUMAH PELANGI: Dimana Mimpi Kami Bermula.