Pencarianku berhenti di kamu
dan semuanya terasa begitu indah
seperti pelangi selepas hujan
16 Juni 2013. Saya sah menjadi seorang istri. Banyak teman yang menanyakan kenapa kok bisa nikah sama dia *suami saya, gimana bisa ketemunya? dia itu kan bukan kriteria kamu, kok bisa? gimana rasanya nikah muda? enak nggak?
Dicecar pertanyaan sedemikian banyak saya hanya tersenyum saja dan menjawab seadanya. Karena banyak pertanyaan yang sebenarnya tidak penting untuk diceritakan. Malah akan menambah rentetan pertanyaan baru. Hehe.
Jika diingat perjalanan saya menemukan tambatan hati memang terkesan berliku-liku dan penuh kejutan. Allah ternyata memberi kejutan indah itu setelah banyak rintangan.
Jika diceritakan dari awal rasanya terlalu panjang hehe. tapi puncak pencarian saya itu di tahun 2013, setelah tahun 2011 sebelumnya saya memutuskan untuk sendiri (memutuskan hubungan dengan teman dekat lelaki) dan memutuskan untuk tidak menjalin hubungan abal-abal dengan lelaki manapun. Saat itu saya menangis, sebuah tamparan telak untuk diri saya. Saya menangis bukan karena sedih berpisah, namun lebih pada penyesalan karena waktu saya telah sia-sia dengan banyak hal yang tidak bermanfaat, lebih-lebih membuat diri saya semakin jauh dari Sang Pemilik Cinta Allah SWT. 🙁
Dulu. Saya seakan tuli mendengar nasihat teman-teman yang sangat menyayangi saya. Mereka padahal terus mengingatkan “Berhentilah. Tidak ada satupun kebaikan jika yang kita lakukan itu bukan perintah Allah. Cinta yang kamu perjuangkan itu semu, orientasinya dunia dan nafsu.” Namun begitulah, masa muda yang bergejolak membuat kita jauh dari kebenaran. Namun Allah masih sayang sama saya walau sudah banyak hal buruk di masa lalu yang saya lakukan. Allah tidak meninggalkan saya. Dia mempertemukan saya dengan orang-orang soleh yang akhirnya mau membantu membimbing saya untuk memperbaiki diri.
Tahun 2012, saya pisah dengan orang tua. karena saya bersama teman mengelola PAUD, Bimbel dan TPQ di Curup, Rejang Lebong. Disanalah saya mulai menyibukkan diri saya dengan hal-hal positif. Hari-hari saya habiskan dengan mengajar dan menulis. Melihat kesibukan saya itu yang tidak punya waktu untuk berfikir tentang menikah, kakak-kakak dan mba-mba saya berusaha untuk menjodohkan saya dengan pilihan mereka. Saya sangat berterima kasih untuk itu, karena lelaki yang mereka ajukan itu soleh-soleh dan saya tau mereka orang baik. Namun saya masih ragu, karena saya tidak sebaik yang mereka bayangkan dan akhirnya saya tidak menerima untuk dijodohkan. Saya masih perlu waktu untuk memperbaiki diri hingga saya rasa siap.
Kalau kamu sekarang Lagi memperbaiki diri dan Menjaga Hati, Insya Allah jodohmu juga lagi memperbaiki diri dan menjaga hatinya
RT @ManJaddaWaJadaa
Awal tahun 2013. Ayah Ibu saya mulai resah karena kecuekan saya dengan perihal menikah. Saya maklum karena orang tua pasti cemas jika anak gadisnya belum juga menikah walaupun waktu itu umur saya masih 23 tahun.
Namun tiba-tiba Allah menunjukkan jalan pada saya. Entah bagaimana mulanya saya akhirnya berkomunikasi dengan kakak kelas saya di kampus yang beda jurusan. Saya agak lupa, Namun seingat saya komunikasi itu dimulai saat beliau meminta saya menjadi pembicara dalam acara “Success in Campus” namun saya menolak dengan alasan kurangnya ilmu dan saya belum sukses. Hehehe.. Beliau kesal dan hampir marah karena alasan yang katanya tidak masuk akal itu, bahkan beliau mengatakan kalau saya pelit ilmu. 😀 Kalau kata beliau, sejak saat itu ia “bete” kalau lihat saya. “Akhwat jutek” begitu ia memanggil saya.
Mulai dari sanalah kami mulai berkomunikasi, namun dalam hal wajar seperti mengisi acara outbound bersama atau hal-hal berkaitan dengan dunia kampus. Dia yang sudah saya anggap kakak sendiri meminta saya mencarikan ia calon istri yang kalau bisa keturunan orang Padang. Saya membantu sebisanya, namun tidak berhasil.
Hingga dengan mendadak, ia meminta saya untuk menikah. Saya jawab cuek “Jika ingin menikahi saya, datang ke ayah ibu dirumah.” Saya kira dengan begitu ia takut atau seperti lelaki lainnya selalu mengatakan “saya siap nikah, tapi tunggu saya kumpulkan uang dulu, atau tunggu saya sukses dulu, dapat pekerjaan ini itu dulu…” Namun beliau langsung datang ke rumah saat saya di Bengkulu. Betapa terkejutnya saya, kedatangan pertamanya dirumah, ia langsung mengutarakan bahwa ia minta izin menikahi saya. Saya yang tidak ikut pembicaraan itu respek menggigit bantal di kamar belakang bersama adik saya. Subhanallah, dia seberani itu :”)
Jawaban ayah sangat bijak. Jika saya dan dia siap silahkan. InsyaAllah mereka akan membantu memudahkannya. Alhamdulillah, semuanya berlangsung begitu mudah. dan saya yakin kesemuanya itu dimudahkan oleh Allah. bukankah ketika kita berniat untuk ibadah dan karena Allah, maka Allah akan memudahkan. yang saya ingat, April beliau datang kerumah, Mei lamaran, dan Juni kami menikah.
Walau banyak orang yang mengatakan karakter kami berdua tidak cocok. Saya yakin Allah akan membuat kami saling melengkapi. Saya yang ceroboh dan berantakan akan dilengkapi oleh suami yang perapi dan disiplin. Suami yang karakternya keras akan dilengkapi karakter saya yang lebih ceria. Dan sampai saat ini saya merasa begitu bahagia menjadi istrinya. Karena ia selalu mengingatkan saya di saat saya lupa 🙂
Akhirnya penantian ku berhenti di kamu. Seorang yang bahkan tak pernah saya mimpikan sebelumnya. Namun Allah memilihkan ku untukumu, memilihkanmu untukku. Mengikat perjanjian yang kuat itu di depan orang tuaku. Mengikrarkannya karena Allah.
Semoga Allah mengikat hati kita dengan cinta-Nya.
Hingga kita bukan hanya menjadi pasangan di dunia,
namun juga di Jannah-Nya. Aamiin Ya Allah.