Judul Buku : My Cup of Tea
Penulis : Nia Nurdiansyah
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 354 Halaman
Tahun Terbit: 2013
Tahun Terbit: 2013
“People who are meant
to be together will always find their way back to each other. They may
take detours in life but they’re never lost.”
to be together will always find their way back to each other. They may
take detours in life but they’re never lost.”
Shereen
tahu, pesan itu bisa ditujukan untuk siapa saja. Apakah itu
menggambarkan hubungannya dengan Park Min Ho, atau justru dengan
Dipi—tak ada yang tahu. Karena ia memang tidak pernah benar-benar yakin
apakah seseorang memang benar-benar ditakdirkan untuknya, atau tidak.
Namun, terkadang ada sepercik kepercayaan di hati, tentang apa yang
seharusnya diperjuangkan, dan apa yang seharusnya dilepaskan.
Beberapa orang singgah untuk bersama dalam jangka waktu yang lama,
sementara yang lain hanya lewat untuk menemani sesaat. Pada suatu waktu,
ada dia yang mungkin tanpa kehadirannya, kita sama sekali tidak dapat
menahan sebuah penderitaan seorang diri
***
Sheeren dan Dipi telah bersahabat sejak kecil. Pertemuan pertama mereka di secret garden menjadi kenangan yang tak bisa dilupakan. Dipi, anak lelaki yang saat itu baru kelas 3 SD ditolong oleh shereen yang telah duduk di kelas 6 SD. Banyak petualangan yang mereka habiskan di secret garden dan semuanya terasa menyenangkan. Termasuk kegiatan minum teh ditemani kue-kue buatan Dipi yang akhirnya menjadi kebiasaan mereka hingga dewasa. Dipi selalu menikmati itu, kecuali berperan sebagai adik kecil bagi shereen.
Perasaan Dipi ternyata berbeda dengan apa yang dirasakan sheeren. Dipi selalu menganggap sahabat kecilnya itu special dan ada rasa lain di ruang hati di dipi selain rasa sebagai sahabat. Namun Dipi selalu berusaha bersikap biasa, karena Sheeren telah mempunyai seseorang yang selalu ia gadang-gadangkan akan menjadi pendamping hidupnya, yaitu Art. Entah kenapa ada ketidaksukaan Dipi pada Art. Dipi merasa sahabat kecilnya itu telah berubah, seolah mengenakan topeng semata-mata agar Art menyukainya.
Persahabatan mereka mulai renggang karena sheeren mulai sibuk dengan Art dan teman sosialitanya. Tanpa menyadari bahwa ia telah mulai kehilingan sosok dirinya yang sederhana. Sheeren benar-benar mengabaikan janjinya dengan Dipi bahkan tak membalas pesan-pesan yang dikirimkan karena ingin menghabiskan waktu dengan Art yang akan melanjutkan sekolah di Korea Selatan. Sheeren tak benar-benar tahu jika ada hal yang penting yang ingin disampaikan Dipi.
Kepergian Art ke Korea disertai kepergian Dipi membuat Sheeren merasa kesepian dan akhirnya memutuskan untuk memberi kejutan pada Art dengan diam-diam mengunjunginya. Namun sebuah pukulan telak seolah menampar wajahnya, seorang yang benar-benar dia cintai ternyata menghianatinya. kata-kata Art bahwa “satu-satunya wanita yang akan kubuatkan sarapan pagi di tempat tidur cuma kamu, Sher” ternyata hanya sebuah kebohongan.
Perjalanannya ke Korea ternyata hanya membuahkan rasa sakit. dan mempertemukannya dengan seorang duda bernama Park Min Hoo yang baik hati, Hmm. siapakah yang akan mengobati hati Sheeren, Park min hoo atau sahabat kecilnya Dipi?? silahkan dibaca hehehee
***
Buku Kedua Nia Nurdiansyah ini sebenarnya mengambil kisah yang sudah biasa diangkat. Sahabat jadi Cinta. Namun yang membuatnya berbeda adalah keduanya bertahan dengan perasaan masing-masing hingga begitu lama. Racikan novel dengan narasi tentang dunia kuliner dan arsitektur juga bikin novel ini unik.
Namun ada beberapa hal yang bikin novel ini kurang greget menurut saya. Seperti gaya cerita yang bolak-balik antara sudut pandang sebagai Dipi dan Sheeren. Saya agak kebingungan di awal cerita walaupun akhirnya sudah membiasakan diri dengan gaya penceritaannya. Mungkin akan lebih menarik jika hanya menggunakan satu sudut pandang saja.
Setiap membaca novel, saya selalu berharap bisa jatuh cinta dengan salah satu tokoh dalam novel. Namun tidak saya temukan di novel ini. Saya pikir bisa jatuh cinta dengan karakter Dipi, lelaki yang suka bercanda dan punya hobi masak, tapi ternyata tidak. Tokoh Dipi sepertinya kurang di explore sehingga karakternya kurang kuat. Begitu juga dengan karakter sheeren. Mungkin karena begitu banyak narasi yang menutupi kekuatan karakter tokoh.
Overall, saya tetap menikmati buku ini dengan ceritanya yang mengalir dan bisa menuntaskannya hanya beberapa jam. ^_^