Manusiawi kalo sedih. Memang hati seringkali rapuh kalau kecewa. Apalagi untuk sesuatu yang selalu kamu impikan sejak lama, diangan-angankan tapi ternyata jauh dari kata terwujud. Saya pernah bahkan sering merasakannya. Kadang hati diliputi rasa tak terima akan kenyataan, menyesal terhadap diri sendiri yang nggak mampu. Sedang kalo harus melihat orang lain sering timbul pertanyaan, kok ya saya sudah susah payah tapi hasilnya gini-gini aja, tetapi orang lain mulus banget dapat apa yang diinginkan dan diimpikannya.

La Tahzan, di saat hati lagi pilu begitu saya tersentak akan sebuah tulisan yang berseliweran di beranda. “Tidak perlu iri dengan kesuksesan orang lain, kamu tidak tau apa seberepa keras ia sudah berjuan dan seberapa banyak ia sudah berkorban”

Ya, memang terlalu egois untuk menganggap enteng usaha orang lain. Kesuksesan yang orang lain miliki tentu kita nggak bisa menghakimi seberapa jauh ia berusaha. Siapa tahu ia siang malam bekerja, mengorbankan waktu istirahat yang tak seberapa,  siapa tahu setiap malam ia selalu memohon pada Sang Pemilik Rejeki, siapa tahu setiap saat tak lekang tangannya berbagi.

Ajak Damai Diri Sendiri

Huh, berat ya buat damai sama diri sendiri yang terlanjur diliputi rasa bersalah, rasa tak terima, parahnya menganggap takdir Allah tuh ga adil, kenapa bagian kita yang nggak beruntung. Harusnya ga begini  dan harusnya ga begitu terus berseliweran di pikiran. Ujung-ujungnya kita jadi benci sama diri, liat orang lain bahagia kita yang sakit hati. Ngeri banget!

Biasanya hal seperti ini sering terjadi karena kita nggak mau berdamai sama diri sendiri. Padahal ada banyak hal yang kita bisa lakukan. Oke memang nggak bisa disamakan sama orang lain karena tiap kita punya pertarungan masing-masing. Tiap orang punya potensi untuk jadi berharga dan menjadi lebih baik. Karena ya bagi saya kesuksesan itu bukan melulu soal harta atau jabatan, ada banyak orang yang merasa bahagia hanya dengan berbuat kebaikan. Karena Pintu Rejeki Bisa Datang dari Mana Saja

Perbanyak Syukur

Saya pernah ketemu sebuah keluarga, suami istri bekerja jualan mainan seribuan di depan rumah makan, untung mainan nggak banyak. Tapi berkat keikhlasan dan kerja keras, anak-anaknya bisa sekolah semua sampai sarjana bahkan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik untuk membantu kedua orang tuanya. Satu lagi, mereka selalu baik, bahkan di saat nggak punya selalu ingin berbagi.

Katanya selama masih ada yang bisa diberikan untuk berbagi akan diusahakan.  Saya jadi belajar bahwa syukur adalah kunci penerimaan, kunci kebahagiaan. Lalu bercermin sama diri, dengan segala yang dipunya sekarang kok ya kurang syukur? Gimana Allah mau kabulkan impian kita kalau untuk mensyukuri yang kita punya saja seringkali lupa.

Coba Lagi

Ada orang yang tak perlu banyak mencoba sudah berhasil. Ada orang yang harus berulang kali mencoba baru berhasil, ada yang sudah lelah mencoba namun tak jua berhasil. Kamu diposisi yang mana?

Apapun posisi kita, yang terpenting jangan menyerah untuk mencoba. Kita nggak tau kemana takdir akan membawa, bukankah tugas kita hanya taqwa dan ikhtiar? Hasilnya biar Allah yang menentukan.

Yuk tegapkan badan, bangun lagi gairah untuk kembali menata mimpi, mendoakan mimpi, merajut ikhtiar untuk mewujudkannya. Tinggalkan masa lalu, karena hari masa depan lah yang penting. Berbuat sebaik-baiknya, agar nanti saat diminta pertanggungjawaban kita punya jawaban bahwa kita telah berusaha.

La Tahzan, innallahamaana

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *